"Attitude" yang baik, modal utama sukses di dunia kerja! (yang tidak bisa dilihat dan dicatat di CV)

Sebagai seorang pekerja yang baru saja berkecimpung di dunia kerja selama kurang lebih 4 tahun, perlu bagi saya untuk mencatat beberapa poin penting yang harus diperhatikan sebagai modal dasar untuk melangkah lebih baik lagi ke depannya dalam dunia kerja. 

Pertanyaan mendasar bagi diri saya pribadi untuk direnungkan adalah, "Apa sih yang harus saya miliki jika ingin sukses di dunia kerja? (tentunya selain knowledge dan skill)". Setelah melakukan pengamatan, berdiskusi dan saling berbagi pengalaman dengan rekan-rekan kerja, ditarik kesimpulan terkait adanya beberapa faktor yang mempengaruhi kesuksesan seseorang di dunia kerja, namun ada satu hal yang diyakini sangat memiliki pengaruh besar dan penting untuk dimiliki oleh seorang pekerja, yaitu "ATTITUDE" yang mengarah kepada hal baik dan positif tentunya.



Photo by https://www.freeimages.com/search/attitude

Apa itu "Attitude"?

Dari beberapa pengertian yang dijelaskan oleh beberapa kamus international seperti Oxford dan Cambridge Dictionary, serta Business Dictionary (yang menurut saya paling jelas maksudnya), saya mencoba menyimpulkan pengertian dari kata "Attitude", yaitu: Kecendrungan untuk merespon suatu ide, objek, orang, atau siatuasi tertentu baik secara positif atau negatif. Attitude mempengaruhi tindakan seseorang, respon seseorang terhadap tantangan, dan stimuli seseorang (incentives and rewards). Komponen dalam attitude yaitu: emosi, perasaan, kecendrungan suatu tindakan, kepercayaan atau pendapat, serta respon positif dan negatif terhadap sebuah ransangan.

Singkatnya yang bisa saya simpulkan, Attitude adalah "a way of behaving" atau "bagaimana seseorang berperilaku" atau sebut saja "Sikap".

Kapan, dimana dan bagaimana 'Attitude" seorang pekerja di nilai?

Saya meyakini, momen pertama kali kita mulai dinilai saat akan memasuki dunia kerja adalah pada saat tahapan seleksi kerja, dimulai dari saat kita mengikuti test tertulis hingga proses wawancara. Namun waktu yang paling mementukan adalah pada saat wawancara kerja (menurut saya). Kenapa? Karena momen ini merupakan momen dimana kita bisa berinteraksi dengan interviewers yang berusaha mengenal kita lebih jauh sebelum diterima menjadi karyawan melalui proses wawancara. Sehingga, "attitude atau sikap" saat wawancara menjadi aspek penting sebagai bahan penilaian yang dipresentasikan melalui cara berbicara, konten pembicaraan (ide atau gagasan), bahasa tubuh, ekspresi/ungkapan perasaan, dan lainnya. 

Di dalam kehidupan sehari2, "attitude" ini tidak luput dari pandangan setiap orang yang berada di sekeliling kita. Semua mata akan melihat lalu kemudian menilai kita dari bagaimana sikap atau attitude kita itu sendiri. Kenapa? Karena "attitude" ini menjadi salah satu alasan penting mengapa seseorang nyaman berinteraksi dengan kita, mengapa seseorang percaya menjalankan bisnis dengan kita, mengapa konsumen merasa nyaman berbelanja di tempat kita serta alasan-alasan lainnnya.

Kita mempresentasikan "attitude" kita melalui berbagai macam kesempatan dan kondisi. Seperti: bagaimana cara kita berbicara, berdiskusi atau bahkan saat beragumentasi dengan rekan kerja ketika menyampaikan ide atau gagasan, bagaimana cara kita meresponi kritik dan masukan dari berbagai macam pihak, bagaimana kita melakukan komunikasi dengan orang yang tidak sependapat dengan kita, bagaimana kita menunjukan sikap hormat atau respect kita terhadap atasan maupupn bawahan, dan lainnya. Jadi, setiap detik yang kita jalani merupakan presentasi gambaran diri kita atau attitude kita di hadapan banyak mata yang melihat baik secara sadar maupun tidak.

Dampak memiliki attitude yang tidak baik?

Suatu hari, saya dipercayakan oleh seorang atasan agar melakukan proses interview kepada beberapa kandidat untuk sebuah posisi penting di salah satu kontraktor yang bekerja di area operasional kami. Sebelum melakukan interview, saya akan membaca CV seseorang tersebut, agar bisa mempermudah proses interview jika sudah mengetahui latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja serta keahlian yang dimiliki. Sampailah pada salah satu kandidat, seorang yang terlihat sangat berpengalaman sekali, sudah memiliki jam terbang yg banyak, sertifikasi2 serta pelatihan pun sudah memenuhi lembaran2 CV, dan tentunya memenuhi kulaifikasi yang diminta, saya minta masuk ke dalam ruang interview. Seorang bapak, bernampilan rapih, jabatan tangan yang sangat tegas, nampak berwibawa, suara tegas dan lantang, dan bahkan dalam hati saya sungkan untuk melakukan interview pada bapak ini. Mulai lah saya menulis di sebuah lembar hasil interview, untuk mencatat biodata dan hasil dari pertanyaan2 yang akan dijawab bapak ini nantinya sebagai bahan pertimbangan apakah akan diterima atau tidak. 

Baru saya minta untuk memperkenalkan diri, tiba-tiba handphone bapak tersebut berdering. Saya persilahakan untuk menjawab panggilan telepon tersebut, siapa tau ada informasi penting yang tidak boleh dilewatkan. Si Bapak akhirnya menjawab telepon, lalu mengatakan kalimat ini tepat di hadapan saya. "Mohon maaf, saya lagi di ruang dokter. Nanti saya hubungi kembali."


Bisa anda bayangkan perasaan saya? (Luka, hahahha). Ingin rasanya menghentikan proses wawancara tersebut, namun saya harus lanjutkan supaya nilai hasil interview bisa diperoleh dan saya serahkan kepada pimpinan. Semua pertanyaan terkait kompetensi, knowledge, experience, motivasi, problem solving dan lainnya bisa dijawab dengan baik. Saya berikan nilai sesuai dengan apa yang dijawab secara fair. Secara keseluruhan nilai baik dan melebihi minimum standard untuk direkomendasikan ke tahap selanjutnya. Namun pada catatan kesimpulan, saya menulis "Tidak Direkomendasikan".

Pada lembar evaluasi di bagian yang kosong sisi bawah, saya sudah menulis  sebuah notes: "Telah melakukan kebohongan." Pimpinan langsung memanggil saya, menanyakan perihal tersebut dan mengapa saya tidak merekomendasikannya. Saya jelaskan kondisinya. Bagaimana mungkin seseorang yg sudah menunjukan attitude yang tidak baik di hadapan saya dengan melakukan kebohongan saat wawancara kerja di loloskan, sementara pekerjaan yang akan dilakukan sangat menjunjung tinggi attitude yang baik. Jadi, dampaknya adalah potensi kehilangan kesempatan bekerja.

Dan masih banyak contoh-contoh lainnya, bahkan mungkin dampaknya akan sangat merugikan seperti kehilangan partner bisnis, reputasi perusahaan tidak baik dan lain sebagainya. Kasus-kasus sperti ini sering terjadi akibat dari attitude yang kurang baik, misal kasir supermarket yang ketus dan galak, customer service sebuah bank kurang ramah, pemimpin yang kasar dan anarkis, serta lain sebagainya.

So...

Attitude yang baik memang tidak perlu ditulis dalam sebuah CV saat kita melamar sebuah pekerjaan, itu sudah tersirat dan dipresentasikan dalam hal bagaimana perilaku, tutur kata, tindak tanduk dan perbuatan kita. Sebuah kondisi yang sangat jelas tanpa perlu ada penjelasan lebih lagi dari yang bersangkutan. 

Bagaimana bisa memiliki attitude yang baik?

Pertama dan utama, yaitu belajar merendahkan hati dan membuka hati untuk menerima kritikan dan masukan orang lain terhadap "the way of behaving" nya diri kita. Teman dekat, teman kerja, pasangan, orang tua atau atasan bisa dijadikan sumber untuk memberikan koreksi dan evaluasi. Walaupun memang sifat manusia sangat susah untuk menerima kritikan dan masukan bahkan cenderung defensive. Menurut saya, jika sudah mampu sampai pada level mau menerima kritikan dan saran orang lain, maka kita cenderung mudah untuk memikirkan langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan untuk memperbaiki attitude kita.

Kedua, investasikanlah waktu bersama orang-orang atau komunitas yang memiliki teladan mengenai  "attitude" yang baik. Sehingga banyak contoh yang bisa kita jadikan pelajaran baik.

So.... kejarlah... milikilah.. dan pertahankanlah attitude yang baik!
Niscaya, sukses dan survive dimanapun berada.

Salam,
Buchu

8 comments:

  1. inspiring mba :)

    kalo boleh saran, mungkin bukan rendah diri mba. tp yg lebih tepat adalah rendah hati. knapa rendah hati karena dari definisi nya pun sudah berbeda. kalo rendah diri bisa jadi merendahkan diri padahal kita memiliki kemampuan yang oke dan dituntut untuk berwibawa. tapi jika rendah hati yaitu kita menerima dan membuka hati akan seuatu perbedaan, saran ataupun kritikan dari orang lain. mohon maaf mba kalo kurang sopan hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halloooo Mas Adha.... yoloh mas, makasiiihhh banyaaaakkkk looooo udah dikomentariiin. Appreciate it. Sebuah penghargaan buat saya kalau ada yg baca detail trus kasih masukan:)

      betul bgt mas.... maksud hati memang ingin mengutarakan "pesan" itu si "rendah hati". Karena memang 2 hal yg berbeda anatara kedua hal tersebut rendah hati dan rendah diri. Konotasi rendah diri pun cenderung negatif. kenapa awak jadi mengetik itu ya, hahahhaa.... thank you so much sudah dikoreksi, nanti saya edit dirinya ke hati, hihihi

      Delete

Powered by Blogger.