[Catatan Pribadi] 15 tahun hidup merantau | Pelajaran yang diperoleh

Halo Perantau,

Hidup membawa langkah kaki ini bergerak dari daerah ke daerah, pulau ke pulau, bahkan dari benua ke benua. Merupakan anak ke 3 dari 4 saudara dan satu-satunya yang selalu hidup berkelana kemana-mana jauh dari  orang tua, keluarga dan saudara di Kalimantan membuat saya disebut anak rantau. 

Jika dihitung-hitung, sudah berapa tahun hidup sebagai seorang pengembara dan pergi meninggalkan rumah serta hidup berjauhan dari saudara dan orang tua?

Jawabannya adalah 15 tahun...... :)                                                   

Kira kira hidup kemana dan dimana aja? Ngapain aja? 

Jika boleh kurangkumankan secara singkat, maka inilah kisah perjalanan pengembaraan ini:

2004 - 2007..... "Perjalanan itu dimulai menuju Palangkaraya"

Tahun ini merupakan perjalanan awal saya memulai pengembaraan. Saya lahir di sebuah kota kecil bernama Muara Teweh, disanalah saya tinggal dan melewatkan masa-masa kecil saya hingga SMP. Entah darimana pemikiran dan keinginan untuk melanjutkan sekolah SMA ke Palangkaraya itu datang, yang saya ingat adalah saya ingin sekali untuk bisa melanjutkan studi saya pada jenjang SMA di Palangkaraya, yang merupakan ibu kota Kalimantan Tengah. Singkat cerita, suatu hari tibalah saya di Palangkaraya. Saya langsung dijemput di sebuah terminal bus oleh paman (kaka kandung dari ayah saya) dan sayapun tinggal bersama mereka hingga lulus dari SMA N-2 Pahandut Palangkaraya selama 3 tahun. 

2007 - 2012.... "Ke tanah Jawa, tepatnya di Semarang ku menuntut ilmu"

Ditengah keterbatasan orang tua, mimpi saya untuk bisa melanjutkan studi dibangku kuliah itu tidak terbendung. Yang bisa saya lakukan adalah tetap mendaftar ke berbagai kampus di pulau Jawa (yang konon bagi orang kalimantan jika sekolah ke pulau Jawa itu keren). Terlepas dari orang tua nantinya akan mampu membayar biaya perkuliaan di awal atau tidak, saat itu semua hanyalah misteri dan masih berupa mimpi bagi saya. Saya hanya bisa menanti jawaban dari pendaftaran yang saya masukan. Saya sempat ke Semarang menemani sahabat saya untuk mendaftar ke salah satu universitas disana. Maka saya juga ikut-ikutan mendaftara ke Fakultas Kesehatan Masyarakat - Undip. Saat itu sesungguhnya saya bermimpi ingin sekali masuk kedokteran, tapi melihat keadaan perekonomian "Ibu dan bapa negara" saat itu, ya mimpi itu dikubur dalam-dalam dan jangan pernah digali kembali. Dan pilihan jatuh pada fakultas yang berbau kesehatan. Hingga akhirnya saya dinyatakan diterima di Fakultas Kesehatan Masyarakat - Universitas Diponegoro, Semarang untuk tahun ajaran 2007 - 2011.  Puji Tuhan... :) *
"Walaupun saat itu saya juga masih belum mengerti  dan masih bertanya-tanya ini fakultas apaan.... saya nanti akan jadi apa ya? Yasudahlah, bisa kuliah aja syukur. Jangan kuatir. Dan setelah menjalaninya saya akhirnya mengerti dan sangat-sangat bersyukur Tuhan tempatkan disini. Berikut link terkait penjalasan : Apa itu FKM? "
Kuliah sampai 2011, lalu kenapa di Semarang sampai 2012? Jawabannya; Saat itu saya sedang menjalani profesi saya sebagai pengacara alias *pengangguran banyak acara :), ya sambil menanti diterima bekerja, saya menyibukan diri untuk memberikan support dalam kegiatan organisasi mahasiwa, les bahasa inggris, membaca buku lebih banyak, hingga ya hampiiiiiirrr gila jadi pengangguran. Kog ini kerjaan ngga dapat-dapat juga ya..  Kisah perjuangan mencari pekerjaan ditahapan ini ada tertulis di link ini: Perjuangan seorang sarjana (pengangguran) mencari kerja!

2012 - 2016.... "Ke tanah Sumatera ku memulai pengalaman pertama bekerja"

Setelah berjuang sedemikian rupa lengkap dengan drama-dramanya dalam mencari pekerjaan, akhirnya saya siap melangkahkan kaki ke tanah Sumatera. Lebih tepatnya di Riau, dan di sebuah kecamatan yaitu Duri. Disinilah saya pertama meniti pengalaman bekerja di perusahaan minyak dan gas, yaitu PT. Chevron Pacific Indonesia. Bertemu dengan orang orang hebat dan perpengalaman, saya belajar banyak terkait nilai-nilai/value yang dipegang oleh perusahaan dalam integritas dan etos kerja. Sungguh pengalaman luar biasa bisa bekerja diperusahaan ini dan secara khusus berada di Duri. Yang sebelumnya saya sudah terbiasa dengan culture atau budaya di pulau Jawa, kali ini saya ke tanah rantau yang baru dan kental dengan budaya Minang. 

Saya tinggal di Duri selama hampir 4 tahun dari akhir 2012 hingga pertengahan tahun 2016, dan saat itu saya memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan yang luar biasa ini untuk sebuah pilihan lain yang lebih menantang. Dan itu harus diambil demi sebuah mimpi dan pengalaman yang tak terbayarkan oleh perusahaan manapun. Ya.... saya pada akhirnya memilih melanjutkan kuliah S2 ke Inggris :)

2016 -2017..... "Ke Inggris ku kembali belajar"

Perjalanan pengembaraan selanjutnya ini sebenarnya tidaklah lama, hanya 1 tahun. Namun yang membuat berbeda adalah kali ini pengembaraan saya akan lebih jauh. Tidak lagi dari pulau ke pulau, kali ini ke benua lainnya, yaitu ke tanah Inggris. 

Pernah mimpi bisa kesini? Tidak. 

Ya, Tuhan memberikan kesempatan lebih dari apa yang pernah dan mampu dimimpikan. Yang terbaik. Saya membayar mahal untuk sebuah mimpi ini dengan meninggalkan pekerjaan saya di sebuh perusahaan yang dikenal sangat bagus dan diganti dengan kesempatan menerima beasisawa dari pemerintah. Terimakasih Indonesia, terimakasih LPDP untuk 1 tahun perjalanan kehidupan di University of Birmingham, Inggris, tempat saya mengambil kuliah saya dengan jurusan Occupational Health , Safety and the Environment :).

Nah gimana sih caranya bisa dapat beasiwa dan diterima?
Gimana rasannya kuliah disana...?

Semua sudah ditulis secara khusus di artikel lainnya dalam artikel ini. 

Salah satu tempat merantau..

2017 - 2018 : "Ke Kalimantan Timur kembali ku berkarya"


September 2017, saya kembali ke Indonesia dan langsung mendaftarkan diri untuk bekerja di perusahaan batubara. Kenapa batubara, dan tidak kembali ke perusahaan minyak? Simple, karena  saat ini  fokus saya adalah mau belajar dunia pertambangan sebagai bekal diri untuk mewujudkan mimpi-mimpi jangka panjang saya nantinya. Apa itu? Suatu saat akan terjawab, amin :)

Mimpi, berharap dan ingin sekali, tapi tidak menyangka tahun 2018 terjadi, saya akhirnya menikah :). Suami masih dalam program doktoral dan saya pastinya akan ikut menemani suami selama di UK. Kondisi ini membuat saya cepat atau lambat dalam tahun ini harus meninggalkan pekerjaan saya saat ini di  PT.Berau Coal untuk melanjutkan pengembaraan kembali ke tanah Inggris.

2018 - dan seterusnya..... "Pengembaraan itu masih misteri"

Ya, perjalanan merantau saya ke depan masih misteri tapi bukan berarti tidak ada rencana. Mimpi saya adalah melanjutkan studi ke program doktoral dan saya sedang berjuang untuk mendapatkan beasiswa. Kemana akan melanjutkan studi S3-nya? *Semoga Tuhan memberikan tempat yang terbaik. Kedepan pengembaraan ini tidak lagi sendiri tapi sekarang sudah akan berjalan bersama-sama suami :) *eyaaaa...

--------------------------------------------------- Sebuah Pembelajaran ---------------------------------------------------

Selama menjalani kehidupan merantau, tentu banyak hal yang diperoleh sebagai sebuah pelajaran dan bekal hidup, apa itu?


DAYA JUANG YANG TINGGI

Dilepaskan untuk pergi merantau itu rasa-rasanya seperti diutus ke medan perang.  Saya harus berjuang sekuat tenaga meraih apa yang menjadi cita-cita dan harapan, bukan hanya harapan saya semata tapi jauh di kampung halaman sana ada banyak keluarga menaruh harapan yang sama, yaitu supaya saya bisa sukses di tanah rantau dan membanggakan keluarga. 

"Harta kami tak punya, tak ada hal lain yang bisa dibanggakan selain melihat anaknya suskes."

Ya... saya belajar untuk memiliki daya juang yang tinggi saat di bangku sekolah atau kuliah. Berasal dari keluarga yang latar belakangnya bukan orang berada, membuat saya sekolah dengan dana dan fasilitas penunjang yang minim. 

Jangan harap bisa punya motor untuk menuju kampus atau ke sekolah, yang bisa dilakukan adalah naik angkot (ya kalau ada duit), jalan kaki atau menumpang teman sekampus yang punya kendaraan (*makasih ya teman-teman seperjuangan yang selalu setia memberikan tumpangan). *sampai sekarang sudah bekerja pun saya sesungguhnya belum punya kendaraan sendiri, mendukung program-program pemerintah naik tranpsortasi umum dan sehat dengan berjalan kaki, hahaha :)

Jangan harap bisa punya laptop canggih untuk melakukan tugas-tugas. Saya baru bisa memiliki laptop setelah hampir lulus kuliah. Jadi sementara waktu, saya terpaksa harus menyisihkan uang bulanan saya (yang kembang kempis) untuk ke warnet mengerjakan tugas atau lagi lagi ya meminjam laptop kawan. *Sepertinya keahlian meminjam juga semakin meningkat saat merantau, hahaha.  

Dengan segala macam keterbatasan yang ada, saya harus berjuang bagaimana caranya agar bisa lulus kuliah tepat waktu dan minimal mendapatkan nilai yang baik untuk bisa membanggakan orang tua sebagai hadiah dari tanah perantauan. Karena jika tidak lulus tepat waktu, saya hanya akan menambah beban orang tua. 

Termasuk saat S2 di Inggris, saya harus berjuang dengan giat agar lulus, jika tidak saya harus mengembalikan uang beasiswa yang sudah saya terima untuk biaya kuliah dan hidup. *berat beban yang dipikul, jadi kuli 10 tahun dulu kali buat balikin uang negara jika tidak lulus... Oleh karena itu daya juang untuk bisa sukses di tanah rantau itu besar.


MANDIRI / INDEPENDENT

Sebenarnya sejak kecil orang tua sudah mendidik untuk hidup mandiri. Saat SD kami sudah bisa mencuci baju seragam sekolah dan kaos kaki sendiri. Saya bahkan sudah belajar memasak sejak SD *kebetulan memang hobby juga :)


Itu merupakan bekal yang sangat penting saat saya pada akhirnya merantau, kenapa? Tempat perantauan menuntut saya harus bisa survive dalam kondisi apapun, apalagi kondisi atau suasana di tempat baru jauh berbeda dengan yang mungkin seharusnya diinginkan. Tidak ada keluarga di kota yang sama, yang ada hanyalah teman-teman yang baru saya kenal.

Mau makan? 
Mau masak?
Mau cuci baju cuci piring?
Mau berish-bersih kamar?
Mau mengurus urusan perkuliahan?

Semua sendiri......dan harus bisa sendiri dan berani. Hal ini sangat penting sekali, karena pada akhirnya apapun yang menjadi urusan pribadi diurus oleh diri sendiri. Bagi yang bercita-cita akan merantau, mungkin sudah mulai mempersiapkan diri untuk mandiri. Saya ingat sekali dahulu, saya sudah diajarkan mandiri dengan mendaftar ke sekolah untuk lanjut ke jenjang SMP dengan berjalan kaki dari rumah sekitar 20 menit bersama teman. Saya sudah bisa mengurus sendiri soal pendaftaran sekolah saya. Ini berlangsung dan terbiasa hingga SMA, kuliah S1, mencari pekerjaan dan mendaftar untuk kuliah S2 dan beasiswa tanpa orang tua harus kuatir akan persiapan apa yang harus dilakukan. Paling tidak dengan kemandirian kita mengurangi beban pikiran orang tua, waktu dan tenaga mereka. Hingga saya ke Semarang masuk kuliah pun, saya berangkat sendiri, selama kuliah di Semarang orang tua hanya hadir pada saat wisuda, demikian juga saat kuliah di Inggris,  orang tua diberikan kesempatan menerima hasil perjuangan merantau :)


DISIPLIN DAN TERATUR

Di tanah rantau saya belajar yang namanya disiplin dan teratur dalam banyak hal. Sejak SMA saat dididik untuk bangun pagi secara teratur untuk memulai aktivas membersihkan rumah, menyapu dan mengepel lalu menyiapkan sarapan sebelum berangkat ke sekolah dan tidak boleh terlambat. Saat minggu-minggu ujian sekolah pada masa SD dan SMP, orang tua saya membangunkan kami pukul 4 pagi untuk belajar setiap harinya. Kami harus disiplin untuk belajar dan melawan kantuk bahkan dengan usaha merendamkan kaki dalam ember berisi air sambil belajar. Apalagi setelah menginjakkan kaki di tanah Inggris, yang namanya disiplin dalam hal tepat waktu itu sangat dijunjung tinggi, terlambat sepersekian detik saja dari jadwal kereta, maka akan ditinggal. Saya belajar teratur untuk membuat jadwal harian hingga mingguan dan bulanan untuk setiap aktivitas yang akan dikerjakan, supaya waktu tidak terbuang percuma.


Di lapangan aja belajar *pencitraan, ahaha
                                                   
KEMAMPUAN BERADAPTASI DAN BERSOSIALISASI

"Dimana langit dipijak, disitu langit dijunjung"... kehidupan perantauan membawa kita ke tempat baru dengan ragam budaya dan adat istiadat yang berbeda, termasuk bahasa. Saya belajar melalui peribahasa tadi bahwa kita harus belajar menghargai perbedaan dimana kita berada saat itu. Salah satu bentuk penghargaan saya adalah dengan belajar bahasa daerah di tempat tersebut. Salah satu hasil dari tanah rantau adalah saya bisa berbahasa Jawa, walau cuman bahasa Jawa yang kasar bukan yang halus :) *yeeeeyyy.....

Hidup di tanah rantau meningkatkan kemampuan kita untuk bersosialisasi bersama orang-orang dari kalangan manapun, baik tua maupun muda, baik atasan atau bawahan, dari Jawa atau Batak, Dayak atau Minang, dan tidak mengalami kendala dalam hal menjalin komunikasi dan relasi. Secara khusus kelebihan bisa bersosialisasi adalah banyak perhatian dari orang-orang pada saat kita sakit atau membutuhkan. Saya seperti merasa banyak keluarga dimanapun kaki saya dipijak, dan tidak pernah merasa asing ditempat yang baru. 

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mungkin banyak orang tua yang takut melepaskan anak-anaknya untuk merantau karena banyak pertimbangan, kekuatiran akan hal-hal negatif yang akan menimpa sang anak, dan alasan-alasan lainnya. Beberapa hal yang mungkin bisa membantu agar anak tetap baik-baik saja di tanah rantau adalah bekalilah anak dengan gaya hidup mandiri sejak kecil, biasakan aktif dalam kegiatan organisasi, komunitas yang baik dan kegiatan lainnya terkait hobby sehingga waktu tidak terbuang untuk hal-hal yang negatif, serta doa dan perhatian orang tua sangat penting.

Keuntungan lainnya bagi saya karena hidup merantau adalah saya tidak takut untuk berangkat kemanapun sendiri. Saya punya prinsip dalam merantau, dimanapun kita meginjakkan kaki, selama langkah kita adalah sebuah niat yang baik, maka jalan kita akan dimudahkan dan dipertemukan dengan orang-orang baik pula :)

Banyak hal positif yang bisa didapatkan dari pengalaman hidup merantau. Siapa tau bertemu pasangan hidupnya saat merantau :), sama seperti yang saya alami, saya Dayak bertemu suami Batak :), hahahahah......

So... Jangan takut untuk merantau... !!!

Salam Merantau....!!! 


Bonus...
                        
Regards
Buchu - Di tanah perantauan, Kaltim.

6 comments:

  1. Wow such a great and inspiring post mba!!! Thank you

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wow.... sebuah kehormatan blog gw dibaca Chandra Singgih Pitoyo, GDP tercetar BC wkwkkw
      Semoga bermanfaat ya yooo, bikin lu ga takut lagi kemana-mana, ke ruangan *Pak Z**fa, wkwkwwkw

      Delete
  2. Mantappp....jadi ingat nasehat orangtua saya juga, Merantaulah nak agar kamu tau bagaimana kehidupan dan budaya orang lain.
    Dan sudah menjadi slogan dalam lagu daerah sumatera utara yang berjudul "Anak Medan" dengan slogan "Biar kambing sikampung sendiri asal Banteng di perantauan" maksudnya biar lah dianggap biasa2 saja di kampung halaman tapi berani di perantauan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wuoooooowww..... mantap bosku..... terimakasih atas slogan-nya, ilmu baru dari Pak Mando :), salam rantau... Anak Medan.

      Delete
  3. mantap buchu artikelnya..mdhn tau kilau ikau kea tuh. Tau duan beasiswa S2.


    Salam bara Jakarta, aku gin uluh Teweh kea tuh..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Akayah pahari, sorry harun nanture blog hindai tuh, jadi harun membaca komen mu tuh aku. hehehehe Yoh, smangat paharilah, semoga dinun beasiswa S2 ah. Amiinnn

      Delete

Powered by Blogger.